Muslimah News, KISAH INSPIRATIF — Sebelum Perang al-Qadisiyah meletus, Rustam, panglima pasukan Persia meminta kepada Sa’ad bin Abi Waqqash untuk mengutus seseorang menemuinya, yakni salah seorang pasukannya yang cerdas dalam rangka menjawab beberapa pertanyaannya. Sa’ad lalu mengutus Mughirah bin Syu’bah. Setelah bertemu, Rustam bertanya, “Kalian adalah tetangga kami. Kami selalu berlaku baik terhadap kalian serta mencegah gangguan yang mengancam keselamatan kalian. Oleh karena itu, hendaklah kalian pulang ke wilayah kalian. Kami berjanji tidak akan menghalangi ekspedisi dagang kalian untuk masuk ke wilayah kami.”
Mughirah menjawab, “Kami tidak mencari keuntungan duniawi. Tujuan kami untuk mencari keuntungan ukhrawi semata. Allah Swt. telah mengutus kepada kami seorang Rasul.” Selanjutnya Mughirah mengatakan, “Aku akan menguasai golongan yang enggan menganut agama yang ku anut dan akan memerangi mereka. Akan tetapi, jika mereka mengakui agamaku, aku akan memberikan kemenangan kepada mereka. Agama tersebut adalah agama kebenaran. Tidak seorang pun yang membencinya, melainkan ia akan menjadi hina. Tidak seorang pun yang berpegang teguh kepadanya, melainkan ia akan menjadi mulia.”
“Apa agamamu itu?” tanya Rustam. “Pondasinya adalah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, serta pengakuan terhadap apa yang datang dari-Nya,” jawab Mughirah. “Alangkah baiknya hal itu. Lantas, apa lagi?” tanya Rustam. “Semua manusia adalah anak cucu Adam. Oleh karenanya, mereka semua adalah bersaudara dan berasal dari seorang ayah dan ibu,” kata Mughirah.
“Hal ini juga baik. Lantas apa lagi?” tanya Rustam sambil berujar, “Jika kami memeluk agama kalian, apakah kalian akan hengkang dari wilayah kami?” “Tentu! Kami tidak akan mendatangi wilayah kalian, kecuali ada kepentingan atau urusan dagang, “ jawab Mughirah. “Hal ini juga baik,” kata Rustam. Setelah Mughirah pergi, Rustam langsung mengajak para pemimpin kaumnya untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak. (Syekh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Pustaka Al-Kautsar)
Hikmah
Dialog Mughirah dengan Rustam panglima pasukan Persia telah mengajarkan dua hal kepada kita. Pertama, seorang juru dakwah harus memiliki hujah (argumentasi) yang kuat ketika menjelaskan Islam dan hukum-hukumnya. Para pengemban dakwah ibarat promotor yang mengenalkan dan menjelaskan Islam secara kafah kepada umat. Tujuannya adalah agar umat kembali menjadikan Islam sebagai pemimpin berpikir dan pedoman hidup yang harus diterapkan dalam kehidupan individu, masyarakat, dan negara. Para pengemban dakwah adalah representasi muslim yang menjadikan Islam sebagai aturan kehidupan. Perilaku, tutur kata, dan sikapnya harus menunjukkan kemuliaan Islam.
Kedua, seorang juru dakwah tidak gentar dan takut menghadapi siapa saja yang ia seru ke jalan Islam. Para pengemban dakwah tidak takut celaan orang yang mencelanya. Mereka juga teguh dalam memegang kebenaran Islam. Para pengemban dakwah harus memahami bahwa dakwah adalah aktivitas mulia yang dilakukan para nabi dan rasul dalam mengemban risalah Islam. Oleh karenanya, pendakwah sepatutnya tidak mudah menyerah dan berputus asa ketika mendapat penolakan, cibiran, bahkan fitnah.
Imam al-Ghazali pernah berkata, “Sesungguhnya aktivitas amar makruf nahi mungkar adalah poros yang paling agung dalam agama. Aktivitas inilah yang membuat Allah mengutus para nabi seluruhnya. Seandainya umat Islam mengerdilkan amar makruf nahi mungkar, tidak mau memahami dan mengamalkannya, tentu nubuwwah ini akan berhenti. Kesesatan akan tersebar luas, kebodohan akan menjadi hal yang lumrah, dan kerusakan akan merajalela. Pelanggaran akan makin meluas, negeri- negeri akan hancur, dan manusia akan binasa.” (Al-Ghazali, Ihyâ’ Ulûmuddîn, 2/306).
Semoga kisah Mughirah bin Syu’bah dapat memantik girah dan semangat dalam berdakwah amar makruf nahi mungkar. Meski berisiko, kemuliaan dan kedudukan dakwah di hadapan Allah Swt. sangat mulia. “Siapakah orang yang perkataannya lebih baik, ketimbang orang yang menyeru ke jalan Allah, dan melakukan amal shalih, dan mengatakan aku adalah bagian dari orang-orang yang berserah diri kepada Allah.” (QS Fussilat: 33). [MNews/CJ-YG]
source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.









![[Nafsiyah] Nasihat Indah Ketika Merasa Lelah Menjadi Ibu dan Istri](https://amaniyat.com/wp-content/uploads/2023/05/Nasihat-Indah-Ketika-Merasa-Lelah-Menjadi-Ibu-dan-Istri-768x432.jpg)



