Muslimah News, KISAH INSPIRATIF — Tatkala kekhalifahan sampai ke tangan Umar bin Abdul Aziz, ia menulis surat kepada Salim bin Abdullah bin Umar, “Amma Ba’du. Sesungguhnya Allah sedang mengujiku untuk menjadi seorang khalifah tanpa meminta kesepakatanku terlebih dahulu. Aku memohon kepada-Nya agar menolongku dalam menjalankan amanat ini. Jika surat ini telah sampai ke tanganmu, tolong kirimkan kepadaku kitab-kitab Umar bin Khaththab, keputusan-keputusan hukumnya, dan sirahnya. Sesungguhnya aku bertekad untuk mengikuti jejak perjalanan hidupnya dan berjalan di atas manhajnya jika Allah memudahkanku. Wasalam.”
Kemudian Salim membalas suratnya, “Amma Ba’du. Suratmu telah sampai kepadaku. Engkau menyebutkan bahwasanya Allah sedang mengujimu untuk memimpin kaum muslim tanpa meminta persetujuanmu dan engkau ingin berjalan mengikuti jejak Umar. Engkau harus ingat bahwasanya engkau berada pada zaman yang tidak seperti zaman Umar dan orang-orangmu tidak seperti orang-orang Umar. Akan tetapi, ketahuilah jika memang niatmu sungguh-sungguh, Allah pasti akan menolongmu dan memberimu orang-orang yang akan membantu mewujudkan niat tersebut. Mereka akan datang kepadamu tanpa diduga. Sesungguhnya pertolongan Allah bagi hamba-Nya sesuai dengan niat hamba itu. Barang siapa niat kebaikannya sempurna, maka akan sempurna pula pertolongan Allah, begitupun sebaliknya. Jika nafsumu condong kepada sesuatu yang tidak diridai Allah, ingatlah kepada para pemimpin yang telah mendahuluimu. Tanyakan kepada dirimu tentang mata mereka yang dicongkel karena menggunakannya untuk melihat kelezatan yang dilarang, tentang perut mereka yang dirobek karena mereka tidak pernah kenyang dari syahwat, dan tentang mereka menjadi seonggok mayat yang jika dibiarkan begitu saja di samping tempat tinggal kita, tentu kita akan merasa terganggu dengan baunya. Wasalam.” (Abdurrahman Ra’fat al-Basya, Jejak Perjuangan dan Keteladanan Para Tabiin, hlm. 255)
Hikmah
Surat yang dikirim Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan balasan surat yang ditulis oleh Salim bin Abdullah bin Umar mengandung hikmah berharga bagi umat akhir zaman. Keduanya sangat patut diteladan mengingat mereka berada dalam satu nasab yang sama, yaitu cucu dan cicit Umar bin Khaththab radhiallahu’anhu.
Bibit yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik. Dua keturunan Khalifah Umar bin Khaththab tidak jauh berbeda dengan karakter kepemimpinan sang kakek. Sudah jamak kita ketahui sosok di balik terbentuknya kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab radhiallahu’anhu. Ya, ia adalah Rasulullah ﷺ, guru sekaligus teladan terbaik sepanjang masa. Khalifah Umar bin Khaththab adalah didikan Rasulullah kepada para sahabat.
Tidak ada warisan terbaik selain keteladanan yang baik. Inilah yang sepatutnya dipahami para orang tua, guru, dan pembina umat. Mendidik anak ataupun membina generasi umat pada akhir zaman sepatutnya meneladan cara Nabi ﷺ dan para sahabat mendidik keluarganya dan generasi setelahnya. Jika kita menginginkan umat ini kembali menjadi umat terbaik, jalan terbaiknya ialah meneladan apa yang dilakukan generasi sebelumnya, yakni selalu terikat kepada Al-Qur’an dan Sunah Nabi ﷺ.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya pasti tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunah Rasul-Nya.” (HR Muslim, Ahmad, dan lainnya)
Sungguh, kepemimpinan yang baik hanya terwujud ketika berpedoman kepada Al-Qur’an dan sunah. Sistem Islam kafah sudah terbukti melahirkan banyak pemimpin teladan. Sistem ini harus kita perjuangkan bersama demi tegaknya kemuliaan Islam dan kebangkitan umat. [MNews/CJ-YG]
source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.









![[Nafsiyah] Nasihat Indah Ketika Merasa Lelah Menjadi Ibu dan Istri](https://amaniyat.com/wp-content/uploads/2023/05/Nasihat-Indah-Ketika-Merasa-Lelah-Menjadi-Ibu-dan-Istri-768x432.jpg)





